Pendidikan di Indonesia tak lepas dari peran sentral guru dalam membentuk masa depan bangsa. Namun, di balik dedikasi mereka, banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama bagi guru non-ASN yang sering mengalami ketidakpastian ekonomi dan kekurangan jaminan hidup yang layak.
Dibalik itu semua ada misi besar
yang sedang dipersiapkan pemerintah untuk menyambut bonus demografi yaitu
Indonesia Emas tahun 2045, namun apakah guru menjadi bagian dari program
tersebut ? dan menjadi prioritas dalam mewujudkan Indonesia emas 2045 ?
Saya melakukan sebuah riset
sederhana dengan membaca komentar-komentar para guru terkait salah satu
postingan seorang konten kreator yang mempermasalahkan tentang kesejahteraan guru.
Isi komentarnya sangat memprihatinkan dan pemerintah “seolah” tidak pernah memperhatikan
kesejahteraan guru, dibeberapa sekolah bahkan saya temui sendiri memang gaji guru
sangat jauh dari kata layak.
Jika saya simpulkan ada beberapa poin yang dapat disimpulkan dari komentar-komentar tersebut diantaranya:
- Banyak komentar yang menyebutkan gaji yang tidak mencukupi kebutuhan hidup, seperti gaji hanya 200 ribu per bulan, yang dianggap tidak wajar dan sulit untuk bertahan hidup dengan nominal tersebut.
- Ada keluhan tentang telatnya pembayaran gaji hingga 3 bulan, meskipun Dana BOS sudah cair. Hal ini menunjukkan masalah dalam manajemen keuangan sekolah atau administrasi yang tidak efisien.
- Beberapa komentar juga menggambarkan lingkungan kerja yang toksik, di mana guru honorer merasa tidak dihargai, diperlakukan tidak adil, atau bahkan mengalami tekanan mental yang berat.
- Sebagian besar komentar juga berisi harapan dan doa untuk para guru honorer agar diberi kelancaran rezeki, dipermudah jalan untuk menjadi ASN atau PPPK, serta semangat untuk tetap bersabar dan ikhlas dalam menjalani profesi sebagai pendidik.
Dari sini, dapat dilihat bahwa
masalah-masalah ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat
untuk meningkatkan kondisi guru honorer, baik dari segi penghargaan,
pengelolaan keuangan, maupun lingkungan kerja yang mendukung.
Saya juga sangat mengapresiasi
kepada guru-guru yang senantiasa berjuang dan terus semangat mencari kehidupan
dan penghidupan yang layak, dibalik carut marutnya kebijakan dan peraturan
pemerintah terkait kesejahteraan guru, terdapat guru-guru yang setia dan ikhlas
untuk mengabdi terhadap negara dengan segala keterbatasan yang ada. Terima
kasih para guru Indonesia :)
Dr. Mampuono, seorang pakar
pendidikan, menegaskan bahwa kesejahteraan guru adalah investasi jangka panjang
bagi masa depan bangsa. Guru yang sejahtera cenderung lebih fokus dan
profesional dalam mendidik, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pendidikan
secara keseluruhan. Namun, di lapangan, masih banyak guru yang menghadapi
kesulitan ekonomi yang signifikan, terutama di daerah-daerah terpencil dan
sulit diakses.
Pemerintah memang sudah banyak
melakukan upaya dan kebijakan yang mulai mengarah kepada peningkatkan
kesejahteraan guru mulai dari program sertifikasi guru, pengangkatan PPPK,
namun tidak semua guru beruntung mendapatkan itu semua.
Apakah Anda bagian dari guru tersebut
? guru yang mendapat penghasilan yang tidak layak ? atau guru yang “dieksploitasi”
?
Tidak dapat dipungkiri memang
masalah kesejahteraan guru tidak dapat diselesaikan dengan mudah, banyak hal
yang perlu dibenahi. Namun yang menjadi pertanyaan apakah Anda akan tetap menunggu
para pemangku kebijakan merubah nasib Anda melalui peraturan UU ? sedangkan
Anda dan keluarga harus tetap hidup dan menjalani kehidupan.
“Lantas bagaimana saya dapat
memperbaiki masalah tersebut?”
Dalam menghadapi realitas ini, maka
muncul konsep teacherpreneurship yang diharapkan hadir sebagai solusi inovatif
yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan guru tetapi juga mengangkat kualitas
pendidikan secara menyeluruh.
Itu memang salah satu solusi yang
bisa menjadi jawaban untuk meningkatkan kesejahteraan guru, selagi pemerintah
menyelesaikan tugasnya untuk mensejahterakan guru lewat regulasi dan kebijakan.
Teacherpreneurship sebagai solusi
“Apa yang dimaksud dengan Teacherpreneurship
?”
Untuk mengatasi tantangan
kesejahteraan guru, konsep teacherpreneurship hadir sebagai solusi inovatif.
Teacherpreneurship menggabungkan peran guru sebagai pendidik dengan semangat
kewirausahaan. Ini memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan bisnis
sampingan yang relevan dengan dunia pendidikan, seperti menulis buku, membuat
materi pelajaran, mengembangkan aplikasi pendidikan atau bahkan bisnis online.
Menurut Hamidulloh Ibada, seorang
peneliti pendidikan, teacherpreneur adalah guru yang memiliki jiwa
berwirausaha. Mereka tidak hanya mengajar tetapi juga menciptakan ide-ide
inovatif dan bisnis yang mendukung pendidikan. Konsep teacherpreneurship bukan
hanya tentang meningkatkan kesejahteraan finansial, tetapi juga memperluas
spektrum pengajaran yang dinamis dan relevan dengan perkembangan zaman.
Dr. Mampuono selaku ketua umum dari PTIC (Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia Cerdas) ada banyak peluang bisnis yang bisa dijalankan oleh teacherpreneur, baik di bidang pendidikan maupun non-pendidikan. Berikut ini beberapa ide yang dapat diadaptasi:
- Pembuatan materi pelajaran dan bahan ajar
- Pelatihan khusus
- Layanan konsultasi pendidikan
- Bimbingan belajar
- Pengembangan aplikasi pendidikan
- Pembuatan video tutorial
- Pengadaan dan penjualan buku pelajaran
- Penyediaan peralatan dan perangkat pembelajaran
- Kursus online
- Pembuatan alat peraga pendidikan
- Pembuatan konten kreatif
- Bisnis UMKM (kuliner, kerajinan tangan, fashion)
- Jualan Online, dll
Anda tinggal menyesuaikan dengan
keahlian dan pengalaman Anda, semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi Anda untuk memulai perubahan.
Dukungan Jasa Ekspedisi JNE untuk Guru Berjualan Online
Bagi Anda yang memilih menjadi guru yang berjualan online. Salah satu aspek penting dalam mendorong guru menjadi teacherpreneur adalah kemudahan dalam menjalankan bisnis online. Jasa Ekspedisi JNE menawarkan solusi logistik yang efisien dan terpercaya untuk mengirimkan produk-produk yang dijual secara online. Dengan memanfaatkan layanan ini, guru dapat:
- Meningkatkan Akses Pasar: Guru dapat menjual produk-produk edukasi seperti buku, materi pelajaran, atau barang-barang kreatif lainnya ke seluruh Indonesia dengan mudah. JNE memiliki jaringan yang luas sehingga memungkinkan produk-produk tersebut sampai ke tangan konsumen dengan cepat dan aman.
- Memperluas Jangkauan: Dengan dukungan logistik yang handal, guru tidak hanya dapat menjual produk-produknya secara lokal tetapi juga dapat menjangkau pasar nasional dan bahkan internasional. Ini membuka peluang yang lebih besar untuk meningkatkan penjualan dan pendapatan mereka.
- Mendukung Pengembangan Bisnis: JNE tidak hanya menyediakan layanan pengiriman tetapi juga solusi-solusi tambahan seperti asuransi pengiriman dan pelacakan barang. Hal ini membantu guru dalam mengelola bisnis online mereka secara profesional dan efisien.
Semangat dan Motivasi untuk Guru
Dalam menghadapi ketidakpastian, guru perlu menggali semangat dan motivasi dari dalam diri sendiri. Maka dari itu pesan bagi Anda sebagai guru jadilah inovator dalam pendidikan. Teruslah menciptakan solusi baru dan berani mengambil risiko untuk meningkatkan kualitas hidup dan pengajaran.
Langkah kecil menuju perubahan akan membawa dampak yang besar. Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan positif dalam pendidikan dan masyarakat. Teruslah belajar dan mengembangkan keterampilan baru. Dengan mengasah keterampilan berwirausaha dan teknologi, Anda dapat memperluas pengaruh mereka dan menciptakan peluang baru.
Dalam menghadapi ketidakpastian,
Anda tidak perlu menunggu regulasi pemerintah untuk memulai langkah-langkah
proaktif. Dengan semangat teacherpreneurship dan motivasi untuk inovasi, Anda dapat
menjadi agen perubahan yang membawa pendidikan Indonesia ke tingkat baru
"Ketika kita menghadapi ketidakpastian, itulah saat kita memiliki kesempatan untuk menjadi yang paling kreatif." - Amit Ray
Dengan semangat ini, mari bersama-sama mewujudkan visi untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan menciptakan masa depan pendidikan yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Social Media